The Casual Vacancy - Novel Terbaru J.K. Rowling
To Kill a Mocking Bird, Trilogy Lord of the Ring, Harry Potter, Jhon Carter, Charlie and The Chocolate Factory, dan 127 Hours
merupakan sederet judul film yang diadaptasi dari judul novel.
Kesuksesan yang diraih film-film tersebut mengubah dunia penulisan
menjadi bisnis wara-laba baru, dengan prospektif berorientasi milyaran
bahkan trilyunan dollar. Euphoria massa yang berlebihan mengundang
berbagai penulis lain, menggarap sebuah cerita yang terkadang kurang
dapat dipertanggung-jawabkan secara aesthetik.
Tujuan akhir yang secara picik diinterpretasikan sebagai lembaran dollar
yang tak berhenti mengalir, membutakan mata para penulis untuk hanya
sekedar melahirkan karya yang ideal menurut perspektif pembaca, tanpa
mengusung ideologi pribadi yang seharusnya bisa menjembatani dunia
penulis dan pembaca. Sebut saja Twiligth, pencitraan yang dibangun
adalah tentang sosok idelis impian remaja, laksana dongeng sebelum tidur
yang menina-bobokan realisme. Ironisnya, karya yang terkesan dikemas
seadanya, berhasil bercokol berminggu-minggu merajai puncak box office
hanya berdasarkan idealisme Edward, si vampir super tampan ciptaan
Stephanie Mayer.
Sindrome serupa melanda penulis-penulis lainnya yang berusaha mengekor
kesuksesan Stephanie Mayer. Roman-roman imajiner berlatar zona
antah-barantah segera lahir, lagi-lagi dalam kemasan yang amat sangat
sederhana, tentunya jika ditilik dari segi bahasa dan ketajaman analisa
faktornya.
Tetapi untungnya, sindrom serupa tidak hinggap di karya-karya J.K.
Rowling. Salah satu penulis wanita ternama yang populer setelah
menciptakan tokoh Harry Potter itu masih konsisten menciptakan
karya-karya yang mendidik, menarik dan menggugah hati untuk tidak
sekedar membaca, melainkan memaknai. Novel Terbaru J.K. Rowling
bertajuk The Casual Vacancy. Buang jauh-jauh bayangan tentan Harry
Potter ketika membaca The Casual Vacancy, karena dalam karya terbarunya
tersebut, J.K. Rowling tidak menyebutkan sepatah-katapun tentang dunia
sihir, mantra, kurcaci, raksasa dan makhluk imajiner lainnya. Konsep
yang dibangun benar-benar konsep valid mengenai manusia dan dunianya.
Dinamika-dinamika yang berkaitan dengan konsep tersebut akan semakin
diperindah oleh gaya penuturan Rowling yang seakan mengikis jarak imaji.
Kisah berlatar sebuah desa imajiner bernama Pagford dengan stereotip
pedesaan yang biasa kita temui, damai, tentram dan asri. Jalanan Pagford
yang berbatu merupakan cara Rowling merepresentasikan latar waktu yang
cenderung silam, desain-desain gereja tua yang bertebaran di sekitar
Pagford-pun menjadi tautologi yang tepat untuk menggambarkan hal
tersebut. Tetapi Kedamaian berubah seketika, tatkala salah seorang
penghuni desa, seorang pria bernama Berry Fairweather, menutup mata di
usinya yang menginjak 40 tahun. Kekacauan yang melanda bukan semata
karena kematia Barry Fairweather, melainkan karena penyebab kematian
yang hingga saat ini masih menjadi tanda tanya besar.
Konsep tentang desa yang damai akhirnya runtuh ketika berbagai konflik
mengemuka di Pagford. Ternyata Pagford bukan pedesaan yang tenang,
melainkan tanah penuh konflik, dimana para orang tua berperang melawan
anak dan pasangannya, para guru berseteru dengan murid-muridnya, dan
lain-lain.
Perpecahan tak terhindarkan. Terlebih sepeninggalan Barry Fairweather.
Posisi pejabat elite greja yang ditinggalkan Faitweather akhirnya
menjadi babak baru dari peperangan maha dahsyat di Pagford.
Sengketa-sengketa tersebut perlahan merusak sistem sosial Pagford,
mengubahnya menjadi bukan lagi desa yang tentram melainkan desa anarkis
dengan kejahatan yang semakin meraja-lela.
Novel ini dikemas dengan bahasa yang lebih berat, dinamis dan terkesan
sedikit vulgar. Sangat wajar, karena target pembacanya adalah pembaca
dewasa. Kerumitan twist-twist yang tersebar di berbagai bagian
menyebabkan disorientasi makna jika novel ini dikonsumsi oleh anak-anak.
Dan sekali lagi J.K. Rowling menunjukan kelasnya dalam berkarya. Rangkaian kata yang ia gunakan benar-benar menghipnotis, seolah pembaca terbawa ke dunia yang diciptakannya. Keindahan disajikan dengan cara yang berbeda, bukan dalam idealisme yang terprediksi, melainkan benar-benar realitas yang sama sekali tidak berbau dongeng. Sehingga, menikmati lembar demi lembar The Casual Vacancy serasa terjun langsung ke dalam sudut pandang pencitraan.
Dan sekali lagi J.K. Rowling menunjukan kelasnya dalam berkarya. Rangkaian kata yang ia gunakan benar-benar menghipnotis, seolah pembaca terbawa ke dunia yang diciptakannya. Keindahan disajikan dengan cara yang berbeda, bukan dalam idealisme yang terprediksi, melainkan benar-benar realitas yang sama sekali tidak berbau dongeng. Sehingga, menikmati lembar demi lembar The Casual Vacancy serasa terjun langsung ke dalam sudut pandang pencitraan.
Novel terbit secara internasional pada September lalu ini, berhasil
meraih pujian positive dari berbagai pihak ini, dan rencananya akan
segera dirilis versi layar peraknya dibawah naungan BBC. Sedangkan di
Indonesia novel ini sudah terbit dalam bentuk hard copy dibawah penerbit
MIZAN.
Demikianlah ulasan entang The Casual Vacancy - Novel Terbaru J.K. Rowling. Semoga bermanfaat untuk anda semua, dan semoga setidak dapat memuaskan dahaga akan pengetahuan
sumber : berita remaja.com
Posting Komentar
Silahkan Anda Komentar yang Positif Dan Banyak.